Jakarta, 23 Desember 2024 – Perbankan syariah di Indonesia diperkirakan akan melanjutkan momentum pertumbuhannya yang impresif pada tahun 2025, dengan proyeksi aset sektor keuangan syariah mencapai kisaran Rp3.157,9 triliun – Rp3.430,9 triliun. Hal ini didorong oleh pertumbuhan penyaluran pembiayaan dan penghimpunan dana pihak ketiga yang diperkirakan mencapai angka dua digit.
Chief Economist PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Banjaran Surya Indrastomo, menilai bahwa meskipun perekonomian global menghadapi ketidakpastian dan potensi turbulensi akibat ketegangan geopolitik, perekonomian Indonesia, termasuk sektor ekonomi syariah, memiliki prospek yang sangat positif. “Ekonomi nasional, termasuk ekonomi syariah, memiliki potensi kuat untuk melanjutkan tren pertumbuhan yang positif, meski tantangan global tetap ada,” ujar Banjaran.
Salah satu faktor kunci dalam pertumbuhan ekonomi syariah adalah sektor industri halal, yang menurut Banjaran, memiliki peluang besar untuk terus berkembang. “BSI memiliki peran strategis dalam menggerakkan ekonomi halal domestik dan global. Kami siap memperdalam peran ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” tambahnya.
Menurut Banjaran, dengan implementasi regulasi terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tentang kegiatan usaha bullion, BSI juga berpotensi untuk memainkan peran besar dalam mengembangkan ekosistem bisnis emas di Indonesia. “BSI telah memiliki rekam jejak yang baik di bisnis emas dan akan memperkuat posisinya sebagai motor penggerak sektor bullion sesuai dengan regulasi baru yang diterbitkan,” jelas Banjaran.
Selain itu, Banjaran optimis bahwa sektor keuangan syariah, dengan dukungan inovasi dan regulasi yang semakin berkembang, dapat semakin aktif dalam memajukan pertumbuhan ekonomi nasional. Ia menekankan pentingnya pengembangan industri halal sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru yang berpotensi mendongkrak pendapatan pajak dan zakat.
Pada jangka panjang, Banjaran juga melihat potensi besar dari sektor ekonomi syariah untuk mendukung pembangunan ekonomi melalui pengembangan sektor pariwisata, produk industri halal seperti makanan, minuman, serta farmasi, kosmetik halal, dan sektor keuangan sosial syariah (Ziswaf). “Melalui strategi ini, diharapkan dapat memperkuat basis pajak dan zakat, yang pada akhirnya mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih inklusif,” tegasnya.
Menghadapi tantangan global, Banjaran memperkirakan perekonomian domestik Indonesia pada 2025 akan tetap tumbuh stabil di kisaran 5,1% hingga 5,2%, didukung oleh inflasi yang terjaga dan daya beli yang relatif kuat meski ada risiko lemahnya permintaan eksternal. Pemerintah di bawah kepemimpinan Prabowo-Gibran juga berpotensi mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi melalui sektor-sektor berbasis sumber daya alam dan manusia, serta infrastruktur.
“Melalui langkah-langkah strategis ini, kami percaya sektor ekonomi syariah akan menjadi pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 dan seterusnya,” tutup Banjaran.
(redaksi)